PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA
a) PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA
Pancasila
sebagai dasar negara RI yang telah disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945. Nila yang terkandung pada Pancasila berupa nilai adat istiadat,
kebudayaan dan religius. Nilai-nilai tersebut sudah melekat serta teramalkan
sebagai pandangan hidup bangsa. Proses perumusan materi pancasila secara formal
dilakukan pada sidang BPUPKI pertama,sidang panitia 9, dan sidang BPUPKI kedua.
Pada akhirnya pancasila disahkan secara yuridis sebagai dasar filsafat negara.
Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan. Dalam kenyataan secara objektif telah dimiliki sebelum negara Indonesia didirikan. Proses terbentuknya negara Indonesia melalui suatu sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu kemudian timbul kerajaan dan dasar-dasar kebangsaan.
Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan. Dalam kenyataan secara objektif telah dimiliki sebelum negara Indonesia didirikan. Proses terbentuknya negara Indonesia melalui suatu sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu kemudian timbul kerajaan dan dasar-dasar kebangsaan.
b)
JAMAN
KUTAY
Indonesia
memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M, dengan ditemukannya prasasti 7 yupa.
Berdasarkan prasasti tersebut dapat diketahui bahwa raja Mulawarman keturunan
dari raja Aswarmanyang keturunan dari Kudungga, menurut prasasti raja
Mulawarman mengadakan kenduri dan sedekah pada Brahmana dan para Brahmana
membangun yupa itu sebagai tanda terimakasih raja yang dermawan. Masyarakat
Kutai yang pertama kalinya mencerminkan nilai social politik, dan ketuhanan
dalam bentuk kerajaan.
c)
JAMAN
SRIWIJAYA
Pada
abad ke VII munculah suatu kerajaan di Sumatra yaitu kerajaan Sriwijaya dibawah
kekuasaan wangsa Syilendra,hal initermuat dalam prasasti Kedukan bukit di kaki
bukit Siguntang dekat palembang. Kerajaan ini adalah kerajaan maritime yang
mengandalkan kekuatan lautnya seperti selat sunda, selatt malaka. Kerajaan
Sriwijaya merupakan suatu kerajaan besar yang cukup disegani dikawasan Asia
selatan, dalam sistim pemerintahannya terdapat pegawai pengurus pajak,harta
benda. Pada saat itu kerajaan dalam menjalankan system negaranya tidak dapat
dilepaskan dengan nilai ketuhanan. Cita-cita tentang kesejahteraan bersama
dalam suatu negara pada kerajaan Sriwijaya yaitu berbunyi marvual vanua
Criwijaya siddhayatra subhiksa yang artinya suatu cita-cita negara yang adil
dan makmur.
d)
JAMAN
MAJAPAHIT DAN KERAJAAN-KERAJAAN SEBELMUNYA SERTA KRUNTUHAN MAJAPAHIT
Sebelum kerajaan majapahit
berdiri sebagai suatu kerajaan yang memancangkan nilai-nilai nasionalisme,
telah muncul kerajaan di jawa tengah dan jawa timur secara silih berganti.
Kerajaan kalingga pada abad ke VII, Sanjaya abad ke VIII yang ikut membantu
membangun candi Kalasn untuk Dewa Tara dan sebuah wihara untuk pendeta Budha didirikan
di jawa tengah bersama dengan dinasti Syailendra abad ke VII dan IX. Refleksi
puncak budaya dari jawa tengah dalam periode kerajan-kerajaan tersebut adalah
dibangunnya candi Borobuur dan candi Prambanan. Selain kerajaan-kerajaan di
jawa tengah tersebut di jawa timur munculah kerajaan-kerajaan Isana pada abad
ke IX, Darmawangsa abad ke X, Airlangga abad ke XI. Agama yang diakui oleh
kerajaan adalah Budha, Wisnu, dan agama syiwa yang hidup bsrdanpingan secara
damai. Raja Airlangga teleh mengadakan hubungan dagang dan bekerjasama dengan
Benggala, Chola,dan Champa hal ini menunjukan nilai-nila kemanusiaan. Di
wil;ayah Kedirei jawa timur berdiri pula kerajaan Singasari yang kemudian
sangat erat hubungannya dengan bserdirinnya kerjaan Majapahit. Pada tahun 1923
berdirilah kerajaan Majapahit di bawah pemerintahaan raja Hayam Wuruk dengan
Mahapatih Gajah Mada yang dibantu oleh Laksamana Nala, wilayah kekuasaan
Majapahit semasa jayanya itu membentang dari semenanjung melayu sampai Irian
barat melalui Kalimantan Utara. Pada buku Sutasoma karangan Empu Tantular
terdapat istilah Pancasila dengan makna persatuan nasional yaitu Bhineka
Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua artinya walaupun berbeda namun satu jua.
Sumpah palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada berisi cita-cita
mempersatukan seluruh nusantara raya. Kerajaan Majapahit mempunyai nilai
hubungan bertetangga dengan baik dan nilai musyawarah mufakat yang dilakukan
oleh sistim pemerintahannya. Perselisihan dan perang saudara pada permulaan
abad XV membuat kerajaan Majapahit berangsur-angsur mulai memudar dan akhirnya
mengalami keruntuhan.
e) JAMAN PENJAJAHAN
Setelah
Majapahit runtuh pada abad XVI maka berkembanglah agama islam dan kerajaan
islam seperti Demak dan mulailah berdatangan orang eropa yang ingin mencari
rempah-rempah. Pada awalnya bangsa portugis berdagang, namun lama-kelaman mulai
menunjukan peranannya dalam bidang perdagangan yang meningkat menjadi praktek
penjajahan misalnya Malaka pada tahun 1511. pada akhir abad ke XVI bangsa
Belanda datang ke Indonesia dengan mendirikan suatu perkumpulan dagang yang
benama VOC (Verenigde Oost Indische Compaignie). Praktek VOC penuh dengan
paksaan sehingga mendapatkan perlawanan dari rakyat dan kerajaan-kerajaan.
Penghisapan mulai memuncak ketika belanda menerapkan system monopoli melalui
tanam paksa (1830-1870) dengan memaksakan beban kewajiban terhadap rakyat.
f) JAMAN KEBANGKITAN NASIONAL
Pada
abad XX dipanggung politik internasional terjadilah pergolakan kebangkitan
dunia timur, di Indonesia kebangkitan nasional(1908) dipelopori oleh dr.Wahidin
Sudirohusodo dengan Budi Utomo. Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20
Oktober 1908 merupakan pelopor pergerakan nasional, setelah itu munculah
Sarekat Dagang Islam(1909), kemudian diganti dengan Sarekat Islam(1911)di bawah
H.O.S. Cokroaminoto, Indische Partij(1913),yang dipimpin oleh tiga serangkai
yaitu: Douwes Deker, Ciptimangunkusumo, KI Hajar Dewantoro Pada tahun 1927
munculahPartai Nasional Indonesia yang dipelopori oleh Soekarno,
Ciptomangunkusumo, Sartono, dan tokoh lainnya. Perjuangan kesatuan nasional
kemudian diikuti dengan Sumpah Pemuda tanggal 20 Oktober 1928, yang isinya satu
bahasa, satu bangsa, dan satu tanah air Indonesia.
g) JAMAN
PENJAJAHAN JEPANG
Fasis
jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “Jepang pemimpin Asia, Jepang
saudara tua bangsa Indonesia. Pemerintah Jepang bersikap bermurah hati kepada
bangsa Indonesia, yaitu menjanjikan Indonesia akan merdeka. Pada tanggal 29
April 1945 bersamaan dengan hari ulang tahun Kaisar Jepang beliau memberikan
hadiah kepada bangsa Indonesia yaitu kemerdekaan tanpa syarat. Untuk
mendapatkan simpati dandukungan dari bangsa Indonesia maka dibentuklah suatu
badan yang menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan
PenyelidikUsaha Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritu Zyumbi
Tioosakai yang diketuai oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat, dan
beranggotakan 60 orang yang berasal dari pulau Jawa,Sumatra, Maluku, Sulawesi
danbeberapa orang peranakan Eropa, Cina dan Arab.
h) JAMAN BPUPKI
Persiapan
kemerdekaan bangsa Indonesia
A. Proses berakhirnya kekuasaan jepang di
Indonesia
Menjelang
tahun 1994, posisi jepang dalam perang fasifik mulai terjepit, jenderal Mac
Arthur, panglima komando pertahanan
pasifik barat daya yag terpukul diphilipina mulai melancarkan pukulan
balasan dengan siasat ‘loncat katanya’ . satu persatu pulau-pulau anatar
Australia dan jepang dapat di rebut kembal.pada bulan april 1944 sekutu telah
mendarat di irian barat.kedudukan jepangmakin terjepit pada bulan juli 1944 pulau saipan pada gugusan kepulauan
mariana jatuh ketangan sekutu. Bagi sekutu pulau ini sangat penting karena
sejak jarak saipan Tokyo dapat di capai oleh pesawat pengebom B 29 usa. Hal ini
menyebabkan kegoncangan dalam masalah jepang akhirnya jatuhlalh cabinet tojo
pada tanggal 17 juli 1944
i) JAMAN PROKLAMASI
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605
menurut tahun
Jepang dibacakan
oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56,
Jakarta Pusat.
Latar belakang
Kutay
abad ke-4), Tarumanagara (358–669)
Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-11)
Sailendra
(abad ke-8 sampai ke-9) Kerajaan Medang (752–1045)
Kerajaan Sunda (932–1579) Kediri (1045–
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima
Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di
seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi
Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu
Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan
tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang
menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh
Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan
Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah
menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan
kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah
Jepang.
Pada
tanggal 12
Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman
bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan
proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara
kerja PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang
menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
Dua
hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari
Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan
karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena
Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari
perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta
menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum
yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat
itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat
fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa
Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir
menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI
hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).
Pada
tanggal 14
Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji
akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir,
Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut,
golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak
menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun
dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu,
mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka
menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian
Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei)
untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan
Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo
kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda
Maeda, di Jalan
Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut
kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat.
Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi
dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan
pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16
Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala
sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.
Sehari kemudian, gejolak tekanan
yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak
dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus
pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul.
Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok1221) Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14)Singhasari (1222–1292) Majapahit (1293–1500)
Peristiwa Rengasdengklok
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana --yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah
berdiskusi dengan Ibrahim
gelar Datuk Tan Malaka
--yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini
hari tanggal 16
Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan
pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok,
yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno
bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang,
apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad
Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta.
maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan
Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan
para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah
tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des
Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk
pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk
menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai
tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.
Pertemuan Soekarno/Hatta dengan
Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda
Malam harinya, Soekarno dan Hatta
kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI
(Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan)
di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda dan memerintahkan agar Mayor
Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum
pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut.
Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat
memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana
telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali
keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang
bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya
Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin
dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan
diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda
mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan
Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang
memutuskan.
Setelah
dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1)
diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang
ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar
tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad
Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk
di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada
kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan
teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti
kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan
kekuasaan itu berarti "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M
Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim
Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih
didengungkan.Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik
naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL
Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.[2] Pada awalnya pembacaan proklamasi
akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman
Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56[3] (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).
Detik-detik Pembacaan Naskah
Proklamasi
Perundingan
antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks
proklamasi ditulis di ruang makan di laksamana Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No
1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan
Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri.
Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni
mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno
dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu
diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno,
Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00
dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa
teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati,
dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Pada
awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera
namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh
seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang
membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah
bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.[4]. Sampai saat ini, bendera pusaka
tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.
Setelah
upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang
terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari
Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi,
namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.
Pada
tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD)
sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah
Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan
kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian. Setelah
itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan
persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia
yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite
Nasional
Isi Teks Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini
menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan
d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17-8-05
Wakil-wakil bangsa Indonesia. Soekarno/Hatta
Isi teks proklamasi kemerdekaan yang singkat ini
adalah:
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan tahun Jepang yang kala itu adalah tahun 2605.
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan tahun Jepang yang kala itu adalah tahun 2605.
Naskah OtentikTeks diatas merupakan hasil ketikan
dari Sayuti Melik (atau Sajoeti Melik), salah seorang tokoh
pemuda yang ikut andil dalam persiapan proklamasi.
PROKLAMASI
KAMI
BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA. HAL-HAL YANG
MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN CARA SAKSAMA
DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.
DJAKARTA,
17 Agustus 1945
ATAS NAMA
BANGSA INDONESIA
SUKARNO-HATTA
SUKARNO-HATTA
1. KESIMPULAN
Jadi nilai-nilai pancasila di ankat
dan di rumuskan secara formal oleh pendiri Negara di jadikan sebagai dasar
Negara rip roses secara formal tsb di
lakukan dalam sidiang bpupki ke 2, serta akhirnya di sah kansecara yuridis
sebagai dsar Negara RI. Dan untuk membentuk Negara sangat erat kitannya dengan
jati diri bangsa Indonesia,ketuhanan,kemanusiaan,persatuan,kerakyatan, serta
keadilan.dalam kenyataannya secra objektif celah dimiliki oleh Indonesia jaman
dahulu.jika kita dalami keempat pokok pikiran yag tercantum di dalam pembukaan
uud 1945 tidak lain adalah nilai’’ luhur pancasila oleh karena itu pancasila
merupakan sumber tertib hukum dan kaedah negara yang pundamental inilah yang di
maksud dengan arti dan pungsi pancasila sebagai dsar negara.
DAFTAR PUSTAKA
Roestandi,achmad SH,tata Negara,cv armico,bandung 1984.
Hokum tata Negara republik Indonesia, cetakan pertama, bina
aksara,Jakarta 1959.
Raliby, orma ;ilmu chaldun tentang masyarakat dan Negara
,cetakan kedua,bulan bintang,jakarta 1984
Schmid, DR. J.J von, Jhr;ahli-hli pemikir besar tentang
Negara dan hukum PT. pembangunan Jakarta 1961
Tidak ada komentar:
Posting Komentar